Mayoritas
mahasiswa Hubungan Internasional pada umumnya mempunyai mimpi yang sama
; lulus kuliah, melanjutkan ke S2, kalau bisa samai S3 di luar negeri,
terus kerja di dunia yang berbau internasional seperti Deplu, NGO atau
MNC.
Dan aku adalah bagian dari mayoritas itu.
Demi
tercapainya mimpi indah itu, sejak awal kuliah aku sudah mencuri start
dengan mengumpulkan info dan tips dari para pendahulu yang telah sukses.
Ada 3 poin penting yang kurangkum dari wejangan mereka agar sukses
dalam menghadapi persaingan kelak; yang pertama adalah pengalaman
organisasi yang cukup, penguasaan bahasa Inggris yang baik, dan
mempunyai pengalaman kerja (biasanya lebih disukai).
Tidak begitu mudah, but no pain no gain..i knew it.
Untuk
memenuhi poin pertama, aku begabung dalam beberapa organisasi di
kampus. Mulai dari KOMAHI, BEM-U sampai UKM Musik. Untuk mengasah
kemampuan bahasa Inggrisku yang pas-pasan, tidak cukup hanya dengan
mendirikan SEA-UMY bersama teman-teman, aku pun berguru di sumber yang
mumpuni, yaitu Universitas Sanata Dharma. Setelah itu, lanjut mengajar
di beberapa tempat, sambil magang di LPM UMY, sambil menyelesaikan
skripsi juga, demi mengamalkan poin sukses yang ketiga.
Waktu terasa begitu cepat sampai akirnya aku lulus kuliah di tahun
2002. Dengan bekal IP yang lumayan dan ketiga poin sukses yang telah
kupersiapkan dengan baik, aku merasa sangat siap untuk memulai babak
baru perjuangan dalam menggapai mimpiku. Namun rupanya mimpi-mimpi itu
tak berbanding lurus dengan garis takdirku. Menikah dan melahirkan 3
orang anak setelahnya, ternyata mendatangkan mimpi baru buatku, yaitu
mengabdikan diri pada keluarga. Jelas saja mimpi baru ini bertolak
belakang denga mimpi terdahulu.
Dalam hiidup, kita memang selalu dihadapkan pada pilihan.Namun
sebenarnya tidak begitu sulit untuk memilih jika bisa memilah mana yang
menjadi prioritas.Dan saat ini, yang menjadi prioritasku adalah mengabdi
pada suami, mendidik dan membesarkan anak-anak, mengenalkan nilai-nilai
hingga mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Prioritasku
adalah mengenalkan anak-anakku rasa syukur dan mengelola rasa marah.
Prioritasku adalah menciptakan momen-momen indah, yang akan dikenang
anak-anakku sepanjang hidupnya.
Tulisan ini sama-sekali tidak bermaksud untuk mendiskreditkan
pihak manapun. Karena aku tahu bahwa setiap orang punya prioritas yang
berbeda dalam hidupnya, dan banyak juga perempuan hebat yang sukses
mengaktualisasikan diri diluar rumah, sementara keluarganya tetap
termenej dengan baik.
Tapi aku tidaklah sehebat itu, itulah sebabnya aku harus memilih.
Lantas,
bagaimana kabarnya dengan mimpiku yang dulu..? tentu saja tidak
terbuang percuma. Masih tersimpan rapi, dan insya Allah belum tercuri.
Banyak hal dalam hidup yang bisa ditunda, sedangkan periode emas
pertumbuhan anak tak akan pernah terulang. Dan mereka tak akan menjadi
anak-anak selamanya. Akan tiba masanya mereka menemukan dunia yang
menyita sebagian besar waktunya. Itulah mungkin saat yang tepat bagiku
untuk menata ulang mimpi-mimpiku.
Saat ini, ibu rumah tangga adalah status yang membuatku (dan
seharusnya ibu rumahtangga lain) bahagia.Bahagia yang sebenarnya, bukan
hanya kamuflase agar tak terlihat menderita karena kurang "berkilau"
ditengah para wanita karir yang gemilang.
So, here i am..
a full-time mom of three kids, and very happy..
i really am..
0 comments:
Post a Comment