Powered by Blogger.
RSS

"Empat Tepat" Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI

1. Tepat Waktu
Jeda dengan minum susu sekitar 2 jam

2.Tepat Jumlah
Berikan secukupnya, karena lambung bayi masih kecil. Sebaiknya mulai dengan porsi kecil, jika dirasa kurang, frekuensi bisa ditambah.

3.Tepat Jenis
Diawali dengan tekstur air supaya pencernaan beradaptasi, berangsur-angsur ditambah kekentalannya

4.Tepat Cara
Disajikan dalam piranti makan menarik, dalam suasana hangat, santai, tanpa paksaan. sesekali biarkan bayi menyendok sendiri, walaupun berantakan, baik untuk keseimbangan otaknya. Beri bantuan agar bisa menyuap dengan baik.

Sumber ; Gasol Organik

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)


1. Mulai pada saat yang tepat
MPASI idealnya dikenalkan pada usia 6 bulan, tetapi jika pada usia 4-5 bulan kenaikan berat badan bayi kurang, maka MPASI mulai bisa diberikan pada usia tersebut.

2. Mencukupi kebutuhan bayi
* MPASI harus mengandung sumber energi, bisa diperoleh dari beras,gandum,ubi,talas, singkong, kentang,umbi-umbian, dan buah berpati seperti pisang.
* Mengandung protein. pada usia 6 bulan, yang terbaik adalah protein nabati yang berasal dari kacang-kacangan (kacang ijau,kedelai,merah), sedangkan protein hewani dapat mulai dikenalkan pada usia 7-8 bulan.
*Mengandung mikronutrisi, terdapat dalam buah dan sayuran.

3. Aman, bebas dari sumber penyakit
Tidak mengandung bahan kimia seperti pewarna, penyedap, pengawet dan pestisida.

Sumber : Gasol organik

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips Hemat Biaya PDAM



Ini hasil rumpi-rumpi bareng ibu-ibu kompleks, yang takjub mendengar aku harus bayar tagihan PDAM hampir 300rb per bulan. salah seorang ibu memberi tips ;
"Busyeet..! mahal amaat...! mangkenye..buka keran keciiil aje..jangan besar besar" katanya.
"Trus.., nggak penuh-penuh dong ..bak mandi..?" tanyaku.
"jadi pas malem mo tidur buka keran, kecil aje, ntar kan kalo paginye udah penuh tuuh..!"katanya yakin.

Hmm..setelah kufikir-fikir, rasanya cara itu nggak merugikan PDAM ya, beda dengan curi listrik. Jadi aku coba deh..walaupun gak ilmiah.(biasanya aku kan sok ilmiah, hehe..)
dan hasilnya...?
Sekarang tagihan perbulan berkisar 60-90rb.
Alhamdulillah..., jadi masih ada uang sisa buat beli asinan..yaelaah..!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I'M A FULL-TIME MOM, AND VERY HAPPY



Mayoritas mahasiswa Hubungan Internasional pada umumnya mempunyai mimpi yang sama ; lulus kuliah, melanjutkan ke S2, kalau bisa samai S3 di luar negeri, terus kerja di dunia yang berbau internasional seperti Deplu, NGO atau MNC.
Dan aku adalah bagian dari mayoritas itu.
Demi tercapainya mimpi indah itu, sejak awal kuliah aku sudah mencuri start dengan mengumpulkan info dan tips dari para pendahulu yang telah sukses. Ada 3 poin penting yang kurangkum dari wejangan mereka agar sukses dalam menghadapi persaingan kelak; yang pertama adalah pengalaman organisasi yang cukup, penguasaan bahasa Inggris yang baik, dan mempunyai pengalaman kerja (biasanya lebih disukai).
Tidak begitu mudah, but no pain no gain..i knew it.
Untuk memenuhi poin pertama, aku begabung dalam beberapa organisasi di kampus. Mulai dari KOMAHI, BEM-U sampai UKM Musik. Untuk mengasah kemampuan bahasa Inggrisku yang pas-pasan, tidak cukup hanya dengan mendirikan SEA-UMY bersama teman-teman, aku pun berguru di sumber yang mumpuni, yaitu Universitas Sanata Dharma. Setelah itu, lanjut mengajar di beberapa tempat, sambil magang di LPM UMY, sambil menyelesaikan skripsi juga, demi mengamalkan poin sukses yang ketiga.
Waktu terasa begitu cepat sampai akirnya aku lulus kuliah di tahun 2002. Dengan bekal IP yang lumayan dan ketiga poin sukses yang telah kupersiapkan dengan baik, aku merasa sangat siap untuk memulai babak baru perjuangan dalam menggapai mimpiku. Namun rupanya mimpi-mimpi itu tak berbanding lurus dengan garis takdirku. Menikah dan melahirkan 3 orang anak setelahnya, ternyata mendatangkan mimpi baru buatku, yaitu mengabdikan diri pada keluarga. Jelas saja mimpi baru ini bertolak belakang denga mimpi terdahulu.
Dalam hiidup, kita memang selalu dihadapkan pada pilihan.Namun sebenarnya tidak begitu sulit untuk memilih jika bisa memilah mana yang menjadi prioritas.Dan saat ini, yang menjadi prioritasku adalah mengabdi pada suami, mendidik dan membesarkan anak-anak, mengenalkan nilai-nilai hingga mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Prioritasku adalah mengenalkan anak-anakku rasa syukur dan mengelola rasa marah. Prioritasku adalah menciptakan momen-momen indah, yang akan dikenang anak-anakku sepanjang hidupnya.
Tulisan ini sama-sekali tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pihak manapun. Karena aku tahu bahwa setiap orang punya prioritas yang berbeda dalam hidupnya, dan banyak juga perempuan hebat yang sukses mengaktualisasikan diri diluar rumah, sementara keluarganya tetap termenej dengan baik.
Tapi aku tidaklah sehebat itu, itulah sebabnya aku harus memilih.
Lantas, bagaimana kabarnya dengan mimpiku yang dulu..? tentu saja tidak terbuang percuma. Masih tersimpan rapi, dan insya Allah belum tercuri. Banyak hal dalam hidup yang bisa ditunda, sedangkan periode emas pertumbuhan anak tak akan pernah terulang. Dan mereka tak akan menjadi anak-anak selamanya. Akan tiba masanya mereka menemukan dunia yang menyita sebagian besar waktunya. Itulah mungkin saat yang tepat bagiku untuk menata ulang mimpi-mimpiku.
Saat ini, ibu rumah tangga adalah status yang membuatku (dan seharusnya ibu rumahtangga lain) bahagia.Bahagia yang sebenarnya, bukan hanya kamuflase agar tak terlihat menderita karena kurang "berkilau" ditengah para wanita karir yang gemilang.
So, here i am..
a full-time mom of three kids, and very happy..
i really am..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HOMESCHOOLING, SEBUAH ALTERNATIF

Akhir-akhir ini, homeschooling mulai menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat dalam mendidik anak. Tidak hanya selebritis, kalangan berpendidikan tinggi, atau masyarakat golongan menengah atas saja, homeschooling sesungguhnya dapat di selenggarakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat yang menginginkannya.

Apakah homeschooling itu?

Homeschooling merupakan model pendidikan, dimana orangtua memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas proses pendidikan yang dijalani oleh anak-anaknya (Aar, Rumah Inspirasi). Dalam homeschooling, orangtua bertanggung jawab dalam menentukan proses dan arah pembelajaran anak-anaknya. Namun bukan berarti orangtualah yang harus berperan sebagai guru di semua pelajaran, walaupun bisa begitu jika memungkinkan. Jika tidak, pihak-pihak lain seperti guru privat, praktisi atau pelatih dapat diajak bekerjasama dalam membantu proses belajar anak sehari-hari.

Dalam prakteknya, sebagian keluarga ada yang memilih untuk bergabung dalam lembaga-lembaga yang menyelenggarakan komunitas homeschooling. Jadi, Lembaga-lembaga tersebut, yang selama ini dikenal sebagai ‘homeschooling yang sesungguhnya’ oleh masyarakat luas, sebenarnya merupakan komunitas yang membantu keluarga dalam menyelenggarakan homeschooling, dan bukan homeschooling itu sendiri.

Dalam penyelenggaraan homeschooling, bergabung dengan komunitas bukanlah sebuah keharusan. Keluarga bisa memilih untuk bergabung, menyelenggarakan homeschooling secara mandiri, atau bergabung dengan komunitas dalam hal-hal tertentu, mengikuti ujian misalnya.

Why Homeschooling?

Banyak alasan yang membuat keluarga akhirnya memilih homeschooling. Empat alasan yang paling bayak dikemukakan oleh keluarga Homeschoolers (sebutan untuk pelaku homeschooling, sering disingkat Hser) adalah adanya kekhawatiran terhadap pengaruh buruk lingkungan sekolah, seperti bulliying, narkoba, seks bebas,dll;
ingin membangun karakter anak dengan pola yang diinginkan, misalnya dengan porsi agama atau nilai moral yang tinggi; ketidakpuasan dengan institusi sekolah, termasuk kurikulum, metode belajar, dan birokrasinya; profesi orangtua yang menuntut keluarga harus sering berpindah tempat tinggal.

School at Home or Unschooling?

Ada banyak metode yang bisa dipilih sebagai model pembelajaran homeschooler, tapi kedua metode diatas adalah biasanya yang harus dipahami oleh keluarga yang baru memutuskan untuk homeschool, karena secara teknis berseberangan. Dalam metode School at Home, kegiatan belajarnya lebih mirip memindahkan sekolah ke rumah, karena kita harus menyusun kurikulum, harus ada sistem penilaian dan pencatatan kegiatan belajar, serta adanya jadwal yang jelas.

Sedangkan Metode unschooling merupakan kebalikannya, dimana kegiatan belajar tidak terikat pada kurikulum, tanpa jadwal dan tidak membutuhkan pencatatan kegiatan belajar atau penilaian hasil belajar. Anak belajar apa saja yang diminatinya, kapan saja dan dimana saja, orangtua berperan sebagai fasilitator atau pendamping.

Legalitas Homeschooling

Keberadaan homeschooling di Indonesia diakui dan diatur dalam UU N0. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jadi statusnya legal. Namun pada prakteknya para homeschooler masih sulit mendapatkan hak-haknya karena sebagian birokrat di bidang pendidikan sendiri belum memiliki aturan teknis yang jelas tentang homeschooling. Sebagai jalan keluarnya, homeschooler bisa mengikuti ujian kesetaraan paket A, B atau C untuk mendapatkan ijazah.

Alternatif lain dalam mencari legalitas adalah dengan mengikuti ujian di Cambridge International Examination (CIE) yang kantor perwakilannya ada di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI). CIE adalah ujian internasional untuk mendapatkan sertifikasi. Sertifikat yang dikeluarkan Cambridge bertaraf internasional dan diakui dunia. Ujian yang disediakan setingkat dengan SD, SMP dan SMA.

How to Start?

Hal pertama dan yang paling utama dalam memulai homeschooling adalah menyiapkan mental dan hati. Karena homeschooling masih belum terlalu populer, terkadang hambatan justru datang dari kalangan terdekat. Keluarga besar, para tetangga dan handai taulan pasti akan mencecar dengan berbagai pertanyaan dan keraguan tentang keberhasilan homeschooling.

Jika mental dan hati sudah siap, bisa langsung memulai memilih metode apa yang akan dipakai dan browsing info sebanyak-banyaknya. Bergabung dengan komunitas sesama homeschooler juga penting untuk menambah wawasan tentang dunia homeschooling. Selanjutnya, bisa learning by doing, tidak perlu menunggu sampai benar-benar paham untuk memulai karena, insya Allah semua bisa terbuka satu persatu sambil dijalani.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

OHH TIDAK...!

"Oh tidaak...!,apa yg kau lakukan..?"
" Maafkan aku mas, aku tidak sengaja melakukannya.."
"Kau harus bertanggung jawab..!"
" Baiklah..akan kuperbaiki pesawat lego ini..."

Tebak...tuh percakapan antara siapa...?
Yup...! antara Faiz dan Ziki... EYD banget yaa...hehehe... ? padahal emaknya aja nggak gitu-gitu amat lho..!.
Kenapa bisa begitu..?
Dengan beberapa pertimbangan, anak-anak memang nggak nonton TV lokal, jadi nonton TV nya di channel asing yang aman buat anak-anak. Sebagian program TV itu di dubbing ke bahasa indonesia (yang baik dan benar), jadi deh anak-anakku ikutan berbahasa yang baik dan benar juga.
Awalnya sih nggak begitu aneh karena sudah jadi kebiasaan, tapi pas ngumpul acara keluarga, baru deh kerasa agak aneh. Untuk menyesuaikan diri, para bude dan sepupu, bahkan neneknya jadi ikut-ikutan juga ber -EYD ria.
 Jadilah semua member family gatheringnya berbahasa yang baik dan benar,  lucu dan seru.
Yang agak gak nyaman sih kalo pas naik angkot, bisa dibayangkan kan reaksi para penumpang angkot ketika di dalam angkot ada percakapan seperti ini..;
" Bunda...mengapa angkot ini berhenti lama sekali..? apakah dia sedang menunggu penumpang.?
atau...
" Adek.., sebaiknya kau jangan duduk didekat pintu, karena itu berbahaya.."
"baiklah mas, aku akan duduk didekat bunda saja.."

hehehe...
Baiklah..., aku rasa tulisan ini sudah cukup, terimakasih telah berkenan membacanya (emaknya jadi ketularan nih..!)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS