Sejak melahirkan anak pertama, suami mulai melancarkan
sinyal keberatannya kalau aku tetap bekerja. Padahal, aku mulai merintis karir
sejak duduk di bangku semester 6 jaman kuliah dulu. Bahkan, sampai hamil 9
bulan aku masih tetap giat bekerja,bila perlu jam 9 pagi sampai jam 9 malam.
Tapi ridha suami itu ridhanya Allah, jadi walaupun dengan
berat hati, aku mencoba turuti keinginannya untuk meletakkkan anak di prioritas
utama.
Terbiasa produktif, jenuh sekali membayangkan aku harus diam
dirumah tanpa mengerjakan apapun selain mengurus anak, aku merasa butuh suatu
kegiatan untuk mengaplikasikan ide-ide di kepalaku.
Setelah mempertimbangkan beberapa bisnis lain, pilihanku
jatuh ke bisnis salon muslimah dengan beberapa alasan ;
-Bisa merawat diri
secara gratis
-Dan tingkat resiko tidak terlalu besar
Tapi beberapa keterbatasanku menjadi kendala dalam
memulainya ;
-Tidak punya modal
-Tidak mungkin menghandle sendiri, karena tenaga terbatas
-Tidak punya backgroud
bisnis
-Tidak paham seluk beluk dunia persalonan
Adanya berbagai kendala itu tidak membuatku mundur, tapi
malah menjadi pemicu semangat untuk memunculkan kreatifitas dalam mengatasinya. Aku memutuskan untuk menunggu yang produktif. Apa itu
menunggu produktif? Yaitu menunggu sampai semua kendala bisa kuatasi sambil
melakukan apa yang sanggup aku lakukan terlebih dahulu. Diantaranya berdoa, berdoa, berdoa dan belajar,
belajar, belajar.
Aku berdoa, apabila membuat salon muslimah ini baik untuk
hidupku dan keluargaku, maka aku mohon untuk dimudahkan. Tapi jika memang tidak akan membawa berkah, maka aku mohon
untuk ditunjukkan pengganti yang lebih baik.
Sambil terus berdoa, aku belajar apa saja yang bisa menjadi
bekal di dunia bisnis salon muslimahku kelak. Aku belajar sistem, layanan, interior,
dan seluk beluk persalonan dengan cara pergi ke berbagaisalon muslimah, ngobrol
dan banyak bertanya pada owner dan para kapster yang jawabannya kurekam dengan
detail. Aku yang sangat gagap teknologi
pada waktu itu jadi bersemangat untuk belajar komputer dan internet, karena aku
yakin ilmu ini akan menjadi bekal berharga dalam memulai bisnisku nanti.
5 tahun kemudian,sejak mimpiku pertama kali muncul, Allah menjawab doa-doaku sekaligus mewujudkan
mimpi yang kuyakini menjadi nyata.
Salon muslimah yang kuimpikan, secara perlahan bermetamorfosis
seperti kepompong menjadi kupu-kupu yang indah. Mulai dari layanan home service
karena belum ada biaya untuk sewa tempat, meningkat ke sewa tempat sederhana di
pinggir kota. Dan tahun ini memulai babak baru dimana Salon Muslimah Latifa
menjelma menjadi Latifa, Mom&Baby Spa yang mampu menyewa tempat
di pusat kota, dengan 5 orang terapist ditambah 2 orang pegawai freelance
dengan layanan yang semakin hari semakin
lengkap, dan sistem yang semakin hari semakin rapi. Dan insha Allah akan
berdampak pada omzeet yang semakin hari semakin meningkat. Amiiin….
Latifa, Mom & Baby Spa kini menjadi salah satu
rizki yang kusyukuri, karena saat Latifa bukan hanya ladang untuk
menjemput rizki, tapi juga tempat berbagi dan silaturahmi.
Kini bukan lagi slogan Dream, Believe, and Make it happen di
hatiku.
Tapi dengan penuh rasa syukur, I talk to my self “ I dreamed
it, I believed in it, I've made It happen…”
Latifa,Mom & Baby Spa