Powered by Blogger.
RSS

Mempraktekan Teknik Hynoparenting





Teman-teman, aku baru dapat artikel menarik mengenai Hypnoparenting dari Webnya Imsa-Sister.
Saat ini aku sedang mencoba mempraktekkan teknik ini untuk mengatasi masalah Faiz yang amat pemalu supaya lebih berani dan untuk menyapih si Adek yang sudah lewat 2 tahun masih belum rela untuk berhenti minum asi.Insya allah nanti kalau sudah berhasil aku tulis lagi ya laporannya, siapa tahu bisa bermanfaat untuk teman-teman yang punya pengalaman yang sama.

Aku share yaa......
Hipnotis yang dari dulu kita kenal adalah suatu cara membuat orang lain mau saja melakukan hal-hal yang buruk atau memalukan di luar kesadaran. Kita tahu di Indonesia banyak  kasus kriminal yang menggunakan hipnotis.. ada yang bilang ‘digendam’ dilihat matanya atau disentuh bahunya..terus jadi nurut sama segala perintah penghipnotis, ada yang dengan sukarela menyerahkan uang, perhiasan dan barang berharga lainnya.

Hipnosis merupakan kajian ilmu di tataran logika ilmiah yang sudah berkembang penggunaannya...bukan hipnosis yang buruk tapi hipnosis yang digunakan secara positif untuk menanamkan pekerti, untuk terapi terhadap suatu kesalahan perilaku dll. Dan yang terpenting, ternyata hypnoparenting yang mengandung unsur hipnosis, bisa menjadi alternatif kita dalam mendidik anak secara efektif.
Menurut pakar Hypnotherapy, Dr. Nurcholis Majid, M Kes., hipnosis sesungguhnya terjadi setiap hari dalam hidup kita tanpa kita sadari. Karena manusia bertindak dan berperilaku berdasarkan apa-apa yang diatur dan dipikirkan oleh alam sadarnya maupun berdasarkan apa-apa yang diimajinasikan dan diyakini alam bawah sadarnya. Bisa dikatakan bahwa Hipnosis adalah bentuk komunikasi kita dengan dunia alam bawah sadar.
 
Teknik Hypnoparenting melengkapi konsep parenting yang sudah ada. Teknik ini bisa jadi alternatif anda dalam mendidik anak. Prosesnya tidak terlalu sulit. Kata kuncinya tetap seperti konsep parenting pada umumnya, keteladanan dan konsistensi.

Hypnoparenting sebenarnya bukan teknik yang sama sekali baru dalam mendidik anak. Sehari-hari sebenarnya para orangtua sudah melakukan hypnoparenting bagi anak-anak mereka. Demikian Adjeng Lasmini B Tjahyono, psikolog di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, menjelaskan. Nasehat-nasehat singkat sebelum anak berangkat sekolah seperti, “Hati-hati di jalan ya, Nak,” adalah sebuah contoh sederhana proses hipnosis, yang dilakukan orangtua pada anak-anaknya berulang-ulang setiap hari.

Menyertai kalimat itu, Ibu pun mengelus kepala anak hingga kasih sayang dan ketulusan ibu bisa dirasakan si anak, maka kalimat yang diucapkan itupun bisa lebih mempengaruhi anak. Itulah teknik hypnoparenting paling sederhana yang dilakukan orangtua setiap hari.

Sebelum melakukan hypnoparenting secara lebih sungguh-sungguh, orangtua harus mengerti dirinya sendiri dan kalau memang perlu berubah untuk menjadi lebih baik, maka berubahlah. Sebagaimana konsep parenting manapun, orangtualah yang harus memberdayakan diri sendiri sebelum mengubah perilaku anak.

Ketika orangtua sudah siap maka proses hypnosis pada anak bias dilakukan dengan cara-cara sbb:

  1. Rileks
  2. Waktu yang tepat
  3. Gunakan bantuan
  4. Lakukan Body Contact (Kontak tubuh)
  5. Kalimat sugesti – Afirmasi positif
  6. Pengulangan
  7. Tetap berpikir positif


RILEKS

Saat melakukan proses hipnosis orangtua dan anak seharusnya dalam keadaan rileks, santai dan tenang. “Jadi kita memanfaatkan efeknya. Bioelektromagnetik yang terjadi karena si orangtua rileks itu yang ditangkap oleh anak. Jadi aura kasih sayang itu tertangkap oleh anak. Maka anak itu juga akan memberikan feedback positif,” papar Adjeng Lasmini.

Kondisi rileks bisa didapatkan dan diusahakan orangtua dalam kegiatan sehari-hari, seperti olah raga, mendengarkan musik, melakukan perawatan diri atau rekreasi. Bila ingin lebih terprogram untuk mendapatkan efek rileks orangtua bisa mengikuti program rileksasi otot, nafas dan pikiran.

WAKTU YANG TEPAT

Waktu yang efektif untuk melakukan hipnosis adalah saat anak dalam keadaan terfokus dan saat tidur. Lebih detail Adjeng menjelaskan waktu hypnosis yang bisa dilakukan saat anak sedang rileks dan terfokus, saat lelah, saat sakit, saat tengah menyusui, saat hujan turun, saat bercerita, saat anak butuh bergantung, dan saat tidur yang dalam.

Dr Nurcholis Majid, M Kes, hipnoterapis dan trainer for hypnotherapy and hypnosis, menambahkan bahwa memang waktu untuk melakukan hypnosis tak harus menjelang tidur atau bangun tidur. Pada saat anak bermain pun, selama dia hanya focus ke satu titik hipnosis bisa dilakukan.

Baik Adjeng maupun Nurcholis sama-sama mengingatkan untuk menghindari anak-anak tidur di depan televisi yang masih hidup. Dikhawatirkan pada waktu menjelang tidur – yaitu saat anak-anak mulai memasuki kondisi alpha dan waktu yang tepat dilakukan hypnosis – ternyata dimasuki tayangan televisi di depannya, yang amat mungkin bermuatan negatif. Hingga bukan tak mungkin nilai itu diserap di alam bawah sadarnya.

GUNAKAN BANTUAN

Agar lebih memberi efek, Adjeng menganjurkan agar dalam proses hypnosis itu disertai juga dengan suara-suara yang membantu, misalnya detak suara jam, musik atau suara indah ayah dan ibu.

LAKUKAN BODY CONTACT

Kontak tubuh ini harus dilakukan berulang-ulang dan monoton, misalnya usap-usap kepala dan dahinya atau punggungnya. Bisa dilakukan saat anak dalam kondisi tidur yang dalam atau kondisi lainnya.
Pada kondisi memungkinkan, kontak tubuh yang disertai sugesti bisa dilakukan seperti mengajak anak tos, jabat tangan atau genggam tangan.

KALIMAT SUGESTI – AFIRMASI POSITIF

Selalu gunakan kalimat-kalimat positif saat melakukan hipnosis. Seperti pada contoh orangtua yang melepas anak-anaknya ke sekolah tadi, “Hati-hati di jalan,” yang merupakan kalimat positif.
Jangan ucapkan, “Hati-hati ya…Jalan yang benar, kalau tidak nanti kamu bisa ditabrak.” Ini menandakan kecemasan orangtua yang bias ditangkap anak sehingga malah bersugesti negatif.

“Sebab ada kemungkinan daya kritis anak sedang turun, sehingga kata-kata negatif itulah yang terserap,” kata Adjeng.

Kata-kata tidak atau jangan sebaiknya juga dihindari, karena ada kemungkinan anak tidak bias merangkum keseluruhan kata dalam proses hipnosis dirinya. Misalnya, contoh Adjeng, kata “tidak cemas” atau ”jangan cemas”. “Kalau tingkat kedalaman hipnosisnya sudah dalam, otaknya tidak mampu lagi merangkum kedua kata jadi satu. Yang tertangkap adalah kata ‘tidak’ dan ‘cemas’ yang justru berarti negatif,” terang Adjeng.

Untuk amannya, maka sebaiknya selalu gunakan kata atau kalimat positif karena orangtua tak selalu tahu apakah si anak dalam kondisi hipnosis yang masih dangkal atau sudah dalam. Jadi lebih baik gunakan kalimat ‘semakin rajin dan semangat’, daripada kalimat ‘tidak malas lagi’.

Lalu hindari pula kata ‘akan’ karena menyiratkan suatu proses atau sesuatu yang belum terjadi. Kalimat ‘kalau kamu bangun pagi kamu akan tidak rewel’, contoh Adjeng, sebaiknya diganti dengan ‘setiap kamu bangun tidur, kamu senang’.

Nurcholis menganjurkan juga untuk menggunakan kalimat-kalimat  yang pendek dan sederhana agar mudah ditangkap anak. Misalnya untuk anak yang tidak suka susu, katakan saja ‘susu itu enak, susu itu enak’. Begitu berulang-ulang.

PENGULANGAN

Ulangi semua proses itu berkali-kali secara konsisten. Sebaiknya beri  waktu dari satu sugesti ke sugesti untuk kasus berlainan. Misalnya dua bulan ini orangtua menghipnosis anak agar jangan mengompol, baru setelah dua bulan itu orangtua menghipnosis agar anak suka makan sayur, misalnya.

TETAP BERPIKIR POSITIF

Perlu dipahami para orangtua bahwa proses hipnosis pada anak ini bukan proses sulap, dimana perubahan terjadi dalam waktu singkat. Kekonsistenan orangtua dalam melakukan hypnosis, sekaligus juga menciptakan lingkungan yang baik bagi perubahan anak harus terus dilakukan waktu demi waktu. Misalnya kalau anak disugesti untuk rajin belajar, maka ciptakanlah suasana yang menyenangkan untuk belajar, sementara orangtua juga harus mencontohkan bagaimana mereka juga tampak senang belajar.

Bila belum terjadi perubahan tetaplah berpikir positif, bahwa kelak anak akan berubah jadi lebih baik. Jangan sampai orangtua memandang negatif anak karena belum juga ada perubahan.

Jadi tetaplah konsisten dan berilah teladan.
(Asmawati/ wawancara Dina dan Agus)

Sumber : Majalah Ummi, No 04/XXAgustus 2008/1429 H

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

asni said...

Sukses buat blog barunya.... :-)

Post a Comment