Powered by Blogger.
RSS

SIMBOK...

Wajahnya bulat, terlihat lugu, dan selalu ceria. Tubuhnya juga agak bulat, tapi gesit, gerakannya cepat dan tangkas. Kalo bicara, nadanya selalu riang, menyenangkan sekali.
Simbok..,begitu aku memanggilnya. Beliau adalah ibu dari Mas Iyo. Mas Iyo ini tinggal di daerah Prambanan, dulu salah satu staf yang bekerja di perusahaan tempat ayahku bekerja  di Lampung. Beliau didaulat sebagai penunjuk jalan waktu pertama kali aku berangkat ke Jogja untuk untuk meneruskan kuliah, mengingat aku belum pernah ke Jogja, dan gak punya sodara disana.

Disinilah awal perkenalanku dengan Simbok, yang kemudian dengan senang hati menganggapku sebagai anak angkat, ( bukan anak yang bisa diangkat-angkat lho, seperti para Oom dan anak angkatnya yang rata-rata ABG itu, hehe..! )
Pada waktu perkuliahan sudah berjalan, aku tinggal di Jogja yang berjarak kira-kira 45 menit perjalanan dengan mengendarai motor ke rumah Simbok. Jarak tak menyurutkan niat untuk sering-sering mengunjungi Simbok, terutama ketika hati sedang galau, karena berada didekat simbok, hati selalu nyaman dan tentram.

Pernah nonton acara "Jika Aku Menjadi" di TV..? 
Naah..!  kira-kira begitulah yang ku alami bersama simbok. 
Seorang mahasiswi yang lumayan manis, (ehem...! *sambil tersipu*) ikutan simbok tua kesawah, panen kacang, menebang batang pisang, angon kambing, ngurus ayam,dan berjalan menyusur rel dibawah terik matahari buat belanja kulakan di pasar.
simbok memang berjualan kecil-kecilan. "lumayaan...keneng nggo jajan" katanya. 
Dan hebatnya Simbok, semua pekerjaan sulit itu dikerjakan dengan penuh ceria dan bahagia.

Gubuk simbok yang letaknya hanya beberapa meter dari rel kereta api, membuat semua bergetar waktu kereta lewat. Pada suatu malam, pas aku nginep disana, waktu hampir terlelap, tiba-tiba kereta lewat, suaranya brisik banget dan membuat amben bergetar.
Diluar dugaanku..bukan keluhan yang keluar dari mulutnya, melainkan sebuah kalimat yang positif. 
"kepenak."! katanya..."koyo diayun..!"
Subhanallah..! seketika rasa kasian berubah jadi kagum terhadapnya.

Saat ini, setelah melalui kontemplasi yang panjang ( jiahh...! ) aku menyadari bahwa Simbok ikut berperan   dalam membentuk pola fikirku, untuk selalu berfikir positif, bersyukur dan menikmati hidup.
Potongan-potongan kenangan bermakna selalu hinggap setiap aku ingat simbok. Pengalaman indahku bersamanya, tanpa kusadari  telah memperkaya batinku.

Dari simbok aku belajar, bawa sesulit apapun pekerjaan, akan terasa mudah dan menyenangkan,jika kita melakukannya dengan ikhlas dan hati bahagia"

Dari simbok juga aku belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, lewat sikapnya yang mandiri, nggak mau bergantung pada anak-anaknya.Sebelumnya, aku kadang merasa tak berdaya tanpa bantuan orang lain.

Dari simbok juga aku belajar bahwa sebuah hal akan menjadi rumit atau indah, bergantung dari persepsi mana yang mau kita pakai.

Matur nuwun yo simbok...atas smua pelajaran yang kudapat dari "membaca" hidupmu
Nyuwun pangapunten,kulo dereng saget silaturahim...
Semoga beliau masih hidup dan sehat saat ini,
dan sampai nanti, ketika aku ajak suami dan anak-anak tercinta berkunjung kesana
nanti aku share lagi ya ..
kayaknya kalo itu terjadi, bakal jadi tulisan dengan judul  "Napak Tilas  Jejak Bunda"
hehe,keren yaa...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS